Sabtu, 27 Mei 2017

Pencabutan Banding Ahok, Guliran Bola Api Panas Menuju Anies-Sandi 67




Keputusan Ahok membatalkan rencana bandingnya terkait keputusan pengadilan yang memenjarakannya akan selalu menarik untuk di ulas. Meskipun sudah banyak ulasan bermunculan di berbagai media, namun demikian saya akan tetap menuangkan analisa saya terkait keputusan Ahok tersebut.
Dalam tulisan ini saya akan memfokuskan analisa saya terkait pencabutan banding Ahok dan keterkaitannya dengan “nasip” pasangan gubernur dan wakil gubernur yang menang dalam pilkada terheboh sepanjang sejarah DKI Jakarta, yaitu Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Saya mengandaikan pencabutan banding itu seperti “bola api panas” yang mengarah ke pasangan pemenang pilkada DKI Jakarta 2017 itu.
Diterima atau tidak, ada efek besar ke pasangan gubernur pemenang pilkada Jakarta terkait keberanian Ahok mencabut  bandingnya dan siap untuk meniti hidup dibalik jeruji besi rumah tahanan. Kesiapan, ketegaran dan kejantanan Ahok dengan segala kejujuran serta keterbukaannya pastilah akan dibaca, dimengerti dan akhirnya diterima oleh warga Jakarta khususnya serta seluruh warga Indonesia umumnya.
Pada saat yang bersamaan, aneka blunder terus dan terus saja dilakukan Anies Baswedan serta Sandiaga Uno. Selain itu, di masa-masa pengumuman pencabutan banding Ahok, disertai dengan tindakan-tindakan lawan-lawan politik Ahok yang justru sangat berseberangan. Kalau soal ngacirnya Rizieq Shihab, itu biasa, tidak ada yang istimewa karena memang makluk itu seperti itu kelakuannya. Namun soal bagaimana Sandiaga Uno juga harus berurusan dengan pengadilan, meskipun hanya sebagai saksi ( Sumber ), itu merupakan “tontonan” menarik untuk seluruh rakyat.
Dalam tontonan itu masyarakat bisa langsung diajak untuk memberi penilaian terkait proses peradilan dua tokoh politik yang berlawanan, Ahok dan Sandiaga Uno. Ahok dengan jantan mengikuti proses panggilan serta pemerikasaan dan jarang sekali berkomentar atau mengomentari persoalan yang membelitnya. Ahok juga tidak berupaya membenarkan dirinya, karena dia mempercayakan semua persoalannya ke ranah hukum di Negara ini dengan segala dinamikanya. Ahok sadar bahwa hukum negeri ini belum bisa diharapkan sepenuhnya namun dibalik semua itu, Ahok yakin ada Tuhan yang mengatur segala jalan kebaikan dan keadilan di dunia ini.
Pada waktu yang berdekatan, Sandiaga Uno juga diperiksa polisi. Namun masih dalam tarap sebagai saksi. Namun menarik untuk diikuti terus, apakah nantinya dalam kasus ini Sandiaga Uno bisa “naik pangkat” menjadi tersangka dan bagaimana reaksi pendukung Sandiaga Uno jika nanti polisi menemukan bukti ketrerlibatan Uno dalam kasus yang sedang melibatkannya sebagai saksi ini.
Pada pihak lain, dan ini bukan si sekitar kepolisian, gubernur terpilih, Anies Baswedan justru melakukan banyak “gebrakan-gebrakan aneh” . Dari rencana pencabutan KJP ( INFO ) dan terkahir pemecatan petugas PPSU ( LINK ). Dua kebijakan yang menurut saya tidak bijak itu dilakukan oleh Anies Baswedan yang sekaligus menambah kebingungan saya. Saat dimintai pertanggungan jawab soal kembali semrawutnya Tanah Abang, Baswedan mengelak dan mengatakan itu tugas gubernur. Namun soal KJP dan PPSU, kok sudah berani mengambil kebijakan ya?
Tapi itu semua tidak menjadi soal yang penting. Justru itulah kesempatan untuk warga Jakarta melakukan penilaian dengan dewasa dan jujur. Siapakah sebenarnya yang pantas menjadi pemimpin mereka. Dia yang terlihat santun dan agamis namun melakukan banyak kebijakan yang tidak membela rakyat, atau dia, si non pribumi yang kafir dan kasar itu yang sebenarnya pantas menjadi pemimpin mereka.
Warga Jakarta pada akhinya akan tergiring ke penilaian tentang siapa itu Anies Baswedan, Siapa itu Sandiaga Uno dan kemudian dibandingkan dengan Basuki Tjahya Purnama alias Ahok. Mereka disuguhi fenomena yang nyata, bahwa orang yang dianggap kafir, kasar dan arogan, justru dengan jantan mengikuti semua proses dan prosedur hukum.
Seseorang yang diancam, dimusuhi dan bahkan mungkin dibenci oleh banyak orang, justru memikirkan mereka semua. Memikirkan kesejahteraan mereka yang teramat sangat membencinya. Ahok rela menjalani hidup di penjara demi keamanan Jakarta dan juga Indonesia. Ahok rela menjalani 2 tahun hukumannya demi umat islam tidak terganggu dengan demo-demo togel yang pasti akan menghiasi ibukota saat bulan Ramadhan datang..
Demi semuanya itu, Ahok merelakan dirinya serta keluarganya, istri dengan anak-anaknya. Dan Ahok tidak minta dibela, malah memohon para pendukungnya untuk memaafkannya dan kembali ke aktifitas mereka demi meredam kegaduhan dan demi tenteramnya negeri yang sangat dicintainya. Dan pada saat itu, Anies Baswedan serta Sandiaga Uno, akan sibuk memuaskan ambisi buas para politikus busuk yang mendukungnyta serta memuaskan para pengusaha serakah yang  juga mendukung dengan cara  mendanainya. Saking sibuknya hingga dia lupa akan janji-janjinya selama kampanye. Dan itu semua seolah seperti “bola api panas” yang bergerak dan terus bergerak ke arah gubernur Jakarta 2107-2022 serta wakilnya. Lalu pertanyaanya, apakah mereka akan kuat sampai akhirnya, ataukan “hanya ” akan bertahan dalam 2 tahun seperti hukuman Ahok? Silakan ditebak..
Jika sudah demikian, maka bukan salah Ahok jika kemudian banyak warga Jakarta yang tumbuh sesal dan kecewa. Sesal dan kecewa karena sebuah kesalahan pilihan. Dan ketika Ahok keluar, dia bukan sebagai mantan napi, namun sebagai pahlawan perjuangan kemanusiaan. Saat Ahok keluar dari penjara, akan ada ribuan karangan bunga yang semerbak harum untuk AHok. Lalu apa yang akan diterima oleh Bswedan dan Uno dikemudian hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar